Selasa, 03 Maret 2009

Penghuni Syurga

Seorang yang teramat mulia pernah menceritakan pengalamannya belajar dengan sang guru tentang sifat penghuni syurga. Ia bernama Anas bin Malik. Beliau adalah murid dari seorang guru yang juga Nabi. Yaitu Muhammad saw. Kemudian, Anas bin Malik pun meriwayatkan sabda beliau.

Anas bercerita, “Pada suatu hari kami duduk bersama Rasulullah saw, kemudian beliau saw bersabda: ‘Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni syurga’. Tiba-tiba munculah laki-laki dari kalangan Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua sandalnya ada tangan sebelah kiri.”
Esok harinya, Rasulullah saw. Berkata begitu juga, “akan datang seorang laki-laki penghuni syurga.” Tak lama munculah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi Saw mengulang sampai tiga kali. Ketika majelis Rasulullah saw selesai, Abdullah bin Amr bin Ash ra mecoba mengikuti lelaki yang disebut oleh Sang Nabi saw sebagai Penghuni Syurga. Abdullah pun berkata kepadanya, kepada sang lelaki syurga itu, “Saya ini bertengkar dengan ayah saya dan berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi tempat menginap buat saya selama hari-hari itu?”

Singkat cerita, Abdullah tinggal dan tidur di rumah lelaki itu selama tiga malam. Abdullah ingin mengetahui ibadah apa yang dilakukan orang itu sehingga Rasulullah saw menyebutnya sebagai penghuni syurga. Tetapi ternyata Abdullah tidak menemukan sesuatu amalan yang dianggap istimewa dalam ibadahnya.

Abdullah pun berkata, “Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata ‘Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak sedang bertengkar dengan ayahku, dan tidak pula aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah saw berkata tentangmu sampai tiga kali, akan datang seorang diantaramu sebagai penghuni syurga. Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Semoga dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu.”

Lalu lelaki syurga itu berkata, “Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan. Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk kepada kaum muslimin dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka.” Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek terhadap kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah yang tidak pernah bisa kami lakukan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih apresiasinya.... :)